Senin, 31 Mei 2010

السلام عليكم ورحمة الله وبركاته

Selamat datang di blog PESANTREN...
Miniatur masyarakat muslim, tempat di mana kita dapat belajar segalanya; keilmuan, tingkah laku, persahabatan, kepatuhan dan karakter-karakter lainnya. Di tempat ini pula para ulama' memulai pencariannya dan kemudian berbagi warisan ilmu kepada generasi berikutnya.
Pesantren ibarat ibu yang melahirkan para pejuang tangguh dan para pahlawan yang senantiasa siap menjunjung tinggi nilai-nilai kebaikan. Memberikan pendidikan sebenarnya, membentuk sikap dan budi pekerti serta mengajarkan pengetahuan sebagai bekal pengabdian kepada Rabb alam semesta.
Rasul Sang Guru telah menggambarkan pola pendidikan terbaik. Tugas kita untuk menelaah lembaran kehidupannya dan membaca untaian tutur katanya, agar pendidikan kita bangkit sebagai landasan peradaban dan pilar kemenangan sejati...

Rabu, 19 Mei 2010

Pesantren, kembalilah!


Pesantren...

Sebuah tempat yang sakral,

gudang ilmu,

tempat pembentukan karakter,

simbol kesucian,

desirnya adalah lantunan Al Qur'an,

identik dengan kebersihan,

baik tempat, hati dan perbuatan...


Tapi, mari kita jujur melihat fenomena pesantren pada umumnya saat ini. Seakan identitas pesantren itu telah hilang bersama keteledoran kita sebagai pengelola..

Coba kita simak cuplikan kisah yang memilukan dari buku "Sorban yang terluka" berikut ini..

Untaian nasehat Abu Ishaq Al Elbery

تفت فؤادك الأيام فتا * * * وتنحت جسمك الساعات نحتا
وتدعوك المنون دعاء صدق * * * ألا يا صاح أنت أريد أنتا
أراك تحب عرسا ذات خدر * * * أبتَّ طلاقها الأكياس بتا
تنام الدهر ويحك في غطيط * * * بها حتى إذا مت انتبهتا
فكم ذا أنت مخدوع وحت * * * متى لا ترعوي عنها وحتى

Simbol Ittiba'



Abdullah bin Umar bin Khattab (bahasa Arab: عبد الله بن عمربن الخطاب) atau sering disebut Abdullah bin Umar atau Ibnu Umar saja (lahir 612 - wafat 693/696 atau 72/73 H) adalah seorang sahabat Nabi dan merupakan periwayat hadits yang terkenal. Ia adalah anak dari Umar bin Khattab, salah seorang sahabat utama Nabi Muhammad dan Khulafaur Rasyidin yang kedua.


Selasa, 18 Mei 2010

Murid Pertama

Abu Bakar Ash-Shiddiq

Nama Abu Bakar Ash-Shiddiq yang sebenarnya adalah Abdullah bin Usman bin Amir bin Amru bin Ka’ab bin Sa’ad bin Taim bin Murrah bin Ka’ab bin Lu’ai bin Ghalib bin Fihr Al-Qurasy At-Taimi.
Ibunya adalah Ummu Al-Khair Salma binti Shakhr bin Amir bin Ka’ab bin Sa’ad bin Taim. Ayah dan ibunya berasal dari kabilah Bani Taim. Ayahnya diberi kunyah (sebutan panggilan) Abu Quhafah. Pada masa jahiliyah, Abu Bakar diberi gelar “Atiq”.

Senin, 17 Mei 2010

Guru Al Qur'an

Sebelum Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam masuk ke rumah Arqam, Abdullah bin Mas’ud telah beriman kepadanya dan merupakan orang keenam yang masuk Islam dan mengikuti Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam. Dengan demikian ia termasuk golongan yang mula pertama masuk Islam.

Minggu, 16 Mei 2010

Wali Murid Teladan

Tersebutlah seorang mujahid bernama Farrukh r.a. membawa harta rampasan hasil kemenangannya bersama kaum muslimin dari suatu peperangan. Dengan harta tersebut, ia membangun rumah dekat masjid dan menikah.

Ketika istrinya sedang mengandung, datanglah panggilan jihad kepadanya agar bergabung dengan ekspedisi kaum muslimin menuju Khurasan untuk berperang di masa pemerintahan Bani Umayyah. Sebelum berangkat, ia menitipkan uang sejumlah 30.000 dinar kepada sang istri.

Tahun demi tahun berlalu. la tidak pernah mendengar kabar tentang suaminya sehingga tersiarlah kabar bahwa sang suami tercinta telah gugur sebagai syuhada di medan perang. Anak yang terlahir dari rahimnya pun telah beranjak dewasa. Anak lelaki itu bernama Rabi'ah.


Jumat, 14 Mei 2010

Akibat Fatal Salah Niat



وأخرج الإمام الترمذي في سننه بسنده, عن عقبة بن مسلم أن شفيا الأصبحي حدثه :
أنه دخل المدينة فإذا هو برجل قد اجتمع عليه الناس, فقال:
من هذا؟
فقالوا: أبو هريرة,
فدنوت منه حتى قعدت بين يديه وهو يحدث الناس. فلما سكت وخلا قلت له:
أنشدك بحق وبحق لما حدثتني حديثا سمعته من رسول الله صلى الله عليه وسلم عقلته وعلمته,
فقال أبو هريرة: افعل لأحدثنك حديثا حدثنيه رسول الله صلى الله عليه وسلم عقلته وعلمته,
ثم نشغ أبو هريرة نشغة فمكثنا قليلا ثم أفاق فقال:
لأ حدثنك حديثا حدثنيه رسول الله صلى الله عليه وسلم في هذا البيت ما معنا أحد غيري وغيره,
ثم نشغ أبو هريرة نشغة شديدة, ثم أفاق ومسح وجهه وقال:
أفعل لأ حدثنك حديثا حدثنيه رسول الله صلى الله عليه وسلم وأنا وهو في هذا البيت ما معنا أحد غيري وغيره,
ثم نشغ أبو هريرة نشغة شديدة, ثم مال خارا على وجهه, فأسندته طويلا,


Rabu, 12 Mei 2010

Niat pun harus dipelajari




"Aku tidak pernah mengobati sesuatu yang lebih berat dari pada niatku". Begitu Sufyan Ats Tsaury menasehati kita dengan segala kerendahan hati. Sebuah tradisi ulama' pewaris para Nabi.

Niat menempati posisi penting dalam setiap gerak ibadah anak manusia. Tidak terkecuali dalam penitian jembatan ilmu. Lurus dan melencengnya terbukti berpengaruh kuat terhadap kesungguhan proses dan keberkahan ilmu itu sendiri.

Rabu, 05 Mei 2010

Guru


Dalam bahasa Arab, guru disebut al-mu’allim. Kata al-mu’allim merupakan ism fail dari kata ‘allama yu’allimu, artinya transfer ilmu atau mengajar. Dalam Al-Qur’an Allah menegaskan bahwa tugas para nabi adalah mengajarkan Al-Kitab dan Al-Hikmah (wa yu’allimuhul kitaaba wal hikmah). Allah berfirman: “Sungguh Allah telah memberi karunia kepada orang-orang yang beriman ketika Allah mengutus di antara mereka seorang rasul dari golongan mereka sendiri, yang membacakan kepada mereka ayat-ayat Allah, membersihkan (jiwa) mereka, dan mengajarkan kepada mereka Al-Kitab dan Al-Hikmah. Dan sesungguhnya sebelum (kedatangan Nabi) itu, mereka adalah benar-benar dalam kesesatan yang nyata.” (Ali Imran : 164). Dan dari ayat ini setidaknya ada tiga tugas pokok seorang rasul yang bisa dijadikan pegangan oleh setiap guru atau pendidik (murabbi): 

Pertama: Membacakan ayat-ayat Allah (tilawah). Maksud ayat-ayat Allah: (a) ayaatullah al-masyhuudah (ayat-ayat Allah yang nampak di alam semesta). Di sini seorang guru harus juga mempunyai wawasan keilmuan sejalan dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan penemuan-penemuan nya. Tentu dalam hal ini sangat dianjurkan untuk menggunakan tehnologi sebagai sarana yang paling efektif untuk menjelaskan hal tersebut. (b) ayaatullah al-matluwah (ayat-ayat Allah yang terbaca dalam Al-Qur’an). Di sini seorang guru harus juga mempunyai wawasan tentang wahyu. Lebih dari itu ia juga harus mempunyai iman yang kuat, sebab dari iman yang kuat pesan-pesan wahyu akan mudah dipahami secara mendalam. Sungguh, tidak sedikit murid yang salah paham tentang maksud Al-Qur’an, karena sang guru yang mengajarkannya tidak beriman. Itulah rahasia mengapa ulama terdahulu selalu mensyaratkan kebersihan jiwa untuk mendapatkan ilmu Allah swt. Sebab ilmu Allah adalah cahaya. Dan cahaya Allah tidak mungkin bersenyawa dengan para pendosa. Dari semua itu kita paham bahwa seorang guru tidak lain hanya mentransfer ajaran wahyu agar regenerasi kehambaan kepada Allah – sebagai Pemilik langit dan bumi – terus berlanjut.

Kedua: Membersihkan jiwa (tazkiyah). Kata tazkiyah dalam Al-Qur’an sangat penting kedudukannya. Allah swt. Mengulang-ulang kata tersebut sebagai keniscayaan untuk mencapai kepatuhan sejati. Ketika Nabi Musa as. diperintahkan untuk berdakwah kepada Firaun, Allah memerintahkan agar pertama-tama mengajaknya melakukan tazkiyah. Allah berfirman dalam surah An-Nazi’at, 18: “Faqul hallaka ilaa an tazakkaa (dan katakanlah (kepada Firaun): “Adakah keinginan bagimu untuk membersihkan diri (dari kesesatan).” Imam Abu Saud dalam tafsirnya, menjelaskan beberapa dimensi tazkiyah: (a) Pembersihan jiwa dari penyakit hati: sombong, dengki, hasad dan lain sebagainya. Berbagai maksiat dilakukan karena kesombongan. Firaun mengaku tuhan karena perasaannya yang menipu, sehingga ia merasa hebat. Seorang guru harus bekerja keras untuk membersihkan penyakit-penyakit hati semacam ini. (b) Pembersihan jiwa dari aqidah yang salah. Sebab kesalahan aqidah akan sangat mempengaruhi kesalahan perilaku. Banyak orang yang tulus ingin berbuat baik, namun karena aqidahnya salah, perilakunya malah membawa malapetaka bagi kemanusiaan. (c) Pembersihan jiwa dari dosa. Karena setiap dosa menyebabkan kekerasan hati. Bila hati keras maka segala kebaikan tidak akan masuk. Allah berfirman dalam surah Al-Baqarah ayat 74: “Kemudian setelah itu hatimu menjadi keras seperti batu, bahkan lebih keras lagi. Padahal di antara batu-batu itu sungguh ada yang mengalir sungai-sungai daripadanya dan di antaranya sungguh ada yang terbelah lalu keluarlah mata air daripadanya dan di antaranya sungguh ada yang meluncur jatuh, karena takut kepada Allah. Dan Allah sekali-kali tidak lengah dari apa yang kamu kerjakan.”

Ketiga: Mengajarkan Al-Qur’an (kitab) dan sunnah (hikmah). Maksudnya menyampaikan pesan wahyu secara utuh baik yang terdapat dalam Al-Qur’an maupun yang dicontohkan oleh Rasulullah saw. Di sini ada penekanan pentingnya menggabung antara Al-Qur’an dan As-Sunnah dalam pengajaran. Sebab antara kedua sumber ini saling melengkapi dan saling menjelaskan. Tidak mungkin seorang paham Al-Qur’an dengan benar tanpa merujuk kepada sunnah, sebab banyak dalam Al-Qur’an panduan-panduan global yang sangat membutuhkan penjelasan As-Sunnah. Contoh perintah shalat, dalam Al-Qur’an hanya berupa teks: “Tegakkanlah shalat”, tetapi bagaimana caranya secara detail terdapat dalam As-Sunnah. Itulah rahasia mengapa Rasulullah saw. Bersabda: shalluu kamaa ra aitumuunii ushalli (shalatlah kalian sebagaimana aku shalat).
Bila ditarik garis merah antara ketiga point di atas, kita akan menemukan bahwa point pertama lebih bermakna sebagai upaya membangun persepsi melalui tilawah, namun tilawah ini tidak cukup tanpa dilengkapi dengan tazkiyah, sebab dengan tazkiyah rohani akan hidup. Maka dengan hidupnya, akan tergerak kan secara otomatis untuk melakukan tugas mulia yaitu at-ta’lim. Ini semua menunjukkan betapa mulianya seorang guru karena tugasnya. Dan betapa dekatnya tugas seorang guru dengan tugas-tugas kenabian. Wallahu a’lam bisshawab.