Kamis, 13 April 2017

Alhamdulillah, anakku cerdas



Cerdas memang identik dengan pintar matematika atau ilmu menghitung. Nilai pada mata pelajaran ini selalu menjadi ukuran kecerdasan. Anak yang memiliki nilai 9 dalam bidang studi ini biasanya mendapat tempat yang baik di hati guru dan orang tua. Lain halnya dengan anak yang nilainya 6 atau di bawahnya, selain dianggap bodoh, tak jarang ia diperlakukan secara diskriminatif, dipojokkan dan menjadi bahan ejekan meski di pelajaran IPS atau kesenian mendapat nilai yang cukup.

Ya, tidak semua anak berpotensi menjadi Isaac Newton atau Albert Einstein, tetapi bukan berarti anak tidak memiliki kecerdasan. Dr Howard Gardner, pakar psikologi dari universitas Harvard menggolongkan kecerdasan manusia dalam 8 kategori; cerdas bahasa, cerdas logika, cerdas visual-spasial, cerdas musik, cerdas diri, cerdas gerak, cerdas alam dan cerdas sosial. Artinya, setiap anak terlahir dengan membawa modal kecerdasan dari Sang Pencipta. Kedelapan kecerdasan ini dimiliki oleh setiap anak, namun tingkat perkembangan masing-masing kecerdasan berbeda pada tiap anak. Pasti ada satu kecerdasan yang lebih dominan dari yang lain. Tugas orang tua adalah mengenali, memfasilitasi dan mengembangkan kecerdasan masing-masing agar menjadi sumber daya dan kekuatan. Mari kita mengenal 8 kecerdasan itu dan bagaimana cara sederhana dalam mengembangkannya.

Cerdas Bahasa
Kecerdasan ini dapat dilihat dari kepandaian anak dalam memilih dan merangkai kata ketika mengungkapkan perasaannya. Selalu ada kosa kata dan susunan kalimat baru yang jarang diucapkan anak seusianya.
Kembangkan kecerdasan ini dengan mengajaknya berbicara, bertukar pendapat sesuai usia dan kemampuannya. Gunakan bahasa yang baik dan benar. Tidak meniru bahasa anak yang masih "cedal". Dengarkan ceritanya dan tanggapi dengan penuh perhatian. Beri motivasi untuk ikut bermain drama atau sandiwara, deklamasi dan kegiatan bahasa lainnya.
Perkenalkan kegiatan membaca sejak anak usia balita dengan mendongeng buku cerita, puisi, dan beragam bacaan untuk anak. Saat usia sekolah ajak anak mulai membaca ensiklopedia, novel atau komik edukatif untuk merangsang minat membaca. Selain itu Dukung anak untuk bercerita melalui tulisan, guna menstimulasi kecerdasan bahasa tulis.

Cerdas Logika
Kecerdasan ini ditandai dengan kepintaran dan kecepatan anak dalam menghitung. Biasanya ia suka tantangan matematika, fisika dan ilmu hitung lainnya.
Ada baiknya saat bermain dengan anak kita mengajaknya berlatih membedakan benda-benda, misalnya: besar-kecil, banyak-sedikit, berat-ringan, cepat-lambat dan sebagainya sebagai bentuk penanaman hitungan dasar. Bisa juga dengan mengumpulkan warna atau bangun untuk memulai belajar himpunan.
Di usia sekolah, alat bantu seperti kompas, penggaris, skala, gelas ukur,  sempoa, kalkulator, dan semisalnya juga dapat dipakai sebagai sarana mengasah logika.

Cerdas spasial
Yaitu keterampilan dalam menghasilkan imaji mental dan menciptakan representasi grafis. Dengan kecerdasan ini anak sanggup berpikir tiga dimensi serta mampu mencipta ulang khayalannya dalam sebuah gambar atau lukisan.
Orang tua dapat membimbingnya dengan menyusun, menempel, melipat, membalur, menyambung, memotong, mereka-reka, mendesain atau menggambar benda-benda di sekitarnya terlebih dahulu sebelum kemudian melukis benda-benda abstrak.

Cerdas musik
Kecepatan dalam menangkap ritme atau irama, menirukan, memodifikasi atau membuat irama sendiri.
Dalam mengasah kecerdasan ini ibu/ayah dapat melantunkan ayat Al Qur'an, nasyid atau irama-irama lainnya. Saat menjelang tidur atau pada waktu-waktu bermain dengan mereka. Bisa juga melalui kaset, video dan media lainnya.

Cerdas tubuh
Kecerdasan yang memantik terjadinya hubungan antara pikiran dan tubuh. Anak yang unggul dalam kecerdasan ini biasanya tidak bisa diam, selalu ada aktifitas tubuh yang dilakukannya.
Di antara cara menstimulasi kecerdasan tubuh adalah kegiatan senam, olah raga, membuat kerajinan tangan dan semisalnya. Ajak anak bergerak bersama melalui permainan yang menyenangkan; jalan, lari, lompat, lempar, tendang sebagai dasar awal olah raga. Selain itu, aktivitas fisik juga berperan dalam menjaga metabolisme tubuh guna mendukung pertumbuhan fungsi motorik.

Cerdas alam
Kecerdasan dalam berinteraksi dengan alam sekitar; tanah, tanaman dan binatang. Bahkan bisa jadi dalam membaca perubahan cuaca atau gejala alam yang lain.
Kecerdasan ini dapat dipupuk dengan menanam dan merawat pohon, memelihara dan memberi makan binatang piaraan, membersihkan lingkungan atau memilah sampah. Bisa juga dengan menerangkan siklus hujan, penyebab banjir, kegunaan pohon di hutan, habitat binatang, penghijauan, daur ulang, pupuk, polusi, dan lain-lain.

Cerdas diri
Kecerdasan dalam memahami diri sendiri, kecerdasan untuk mengetahui apa kekuatan dan kelemahan yang dimilikinya. Juga kecerdasan untuk bisa merenungkan tujuan hidup sendiri dan untuk mempercayai diri sendiri.
Asah kecerdasan ini dengan memberikan pujian saat anak melakukan kebaikan, menghargai inisiatif-inisiatif baiknya, serta mengajak anak untuk mengetahui kelebihan dan kekurangannya. Ada kalanya anak ingin mendengarkan pikirannya sendiri, maka berikan privasinya, biarkan ia menyendiri tanpa gangguan kita.

Cerdas sosial
Kemampuan untuk memahami dan bekerja dengan orang lain. Anak yang unggul dalam kecerdasan ini biasanya supel dan mudah bergaul, banyak cara untuk mendapat teman baru dan menjaga persahabatannya.
Untuk mengembangkan kecerdasan ini orang tua bisa mengajak anak sebayanya bermain di rumah. Terutama bermain permainan yang mengandung unsur kerjasama, interaksi, dan koordinasi dengan pemain lainnya.
8 kecerdasan di atas adalah anugerah Allah untuk manusia. Orang tua hendaknya memupuk kecerdasan bawaananak yang telah dimilikinya, serta terus menstimulasi kecerdasan lain tanpa unsur paksaan.
Maka tidak sepantasnya kita meremehkan anak yang 'bodoh' matematika, karena pasti ia mempunyai kecerdasan di bidang lain. Sikap merendahkan ini sangat berdampak negatif. Anak akan kehilangan semangat belajar dan kepercayaan diri. Ujungnya anak menjadi minder, pemurung, atau lebih fatal lagi ia stress dan tidak mau belajar.
Sesungguhnya Aku (Allah) telah menciptakan manusia dengan sebaik-baik penciptaan.

---
Artikel ini ditulis untuk majalah PENA KBRI Riyadh

Tidak ada komentar:

Posting Komentar