Senin, 03 Januari 2011

Komunikasi Efektif

"Besuk aku akan berikan panji perang kepada orang yang membawa kemenangan, ia orang yang cinta Allah dan RasulNya, Allah dan RasulNya pun mencintainya" Sabda Rasulullah saw menjelang hari yang direncanakan untuk perang Khaibar. Menjadi pembicaraan hangat para shahabat pada malam itu, semua ingin menjadi orang yang dimaksud Rasulullah saw.


Keesokan harinya Rasulullah saw bertanya: "Ali dimana?" "Sedang sakit mata wahai Rasulullah" jawab salah satu dari mereka. "Utus salah satu dan bawa dia kemari" perintah Rasulullah saw. Setelah datang beliau meludahi mata Ali ra dan sembuh seketika -dengan izin Allah-, seakan ia tidak sakit sebelumnya. Diberikanlah bendera perang itu kepadanya. "Aku akan perangi mereka sampai mereka menjadi muslim seperti kita" Ali ra menyambutnya. Rasulullah saw bersabda: "Berangkatlah, jangan terburu-buru hingga sampai kawasan mereka, kemudian ajak mereka untuk memeluk Islam dan ajari kewajiban-kewajiban mereka. Demi Allah, engkau menjadi lantaran Allah memberi petunjuk satu orang saja itu lebih baik dari pada onta merah". (Lihat Shahih Bukhari).

Sebuah contoh komunikasi yang efektif dari pribadi agung Rasulullah saw;
  1. Penghargaan yang tulus beliau sampaikan untuk prestasi luar biasa, kecintaan kepada Allah dan RasulNya. Menumbuhkan semangat untuk berlomba dalam kebaikan. Pada saat yang sama beliau tetap ingin mengendalikan suasana dengan menunda penyebutannya. Setidaknya pada malam itu para shahabat memiliki waktu untuk mengukur dan mawas diri.
  2. Menciptakan dukungan, beliau saw meminta shahabat untuk mengantarkan Ali ra ke hadapannya. Meski bukan dia yang mendapat bendera itu namun ada peran lain yang ia dapat lakukan.
  3. Menyelesaikan masalah sakitnya Ali ra, sehingga beliau dapat menyelesaikan tugas dengan baik. Empati terhadap orang lain.
  4. Keterbukaan dalam menyampaikan pandangan dan kritik, beliau saw menangkap sikap tergesa-gesa pada ucapan Ali ra, maka beliau sanggah namun menggunakan kata yang halus tapi tepat sasaran dan konstruktif.
  5. Bersikap positif, selagi ada kemungkinan positif yang di dapat maka sebisa mungkin hal itu ditempuh. Walaupun kecil kemungkinan orang Yahudi masuk Islam saat itu tapi bisa jadi hidayah datang menyelamatkan mereka.
  6. Motivasi untuk berbuat semaksimal kemampuan, dan pada waktu yang bersamaan beliau tanamkan keimanan kepada pahala yang tidak terindra.
Prinsip-prinsip nabawi dalam komunikasi yang tak jarang kita luput mempelajarinya. Saatnya kita bangun pengetahuan di atas hujjah yang jelas dan segera menerapkannya di lingkungan kita sehingga sunnah adalah organ yang hidup dalam kehidupan kita. Wallahu a'lam.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar