قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ:
"مَنْ كَانَتْ الْآخِرَةُ هَمَّهُ جَعَلَ اللَّهُ غِنَاهُ فِي قَلْبِهِ وَجَمَعَ لَهُ شَمْلَهُ وَأَتَتْهُ الدُّنْيَا وَهِيَ رَاغِمَةٌ، وَمَنْ كَانَتْ الدُّنْيَا هَمَّهُ جَعَلَ اللَّهُ فَقْرَهُ بَيْنَ عَيْنَيْهِ، وَفَرَّقَ عَلَيْهِ شَمْلَهُ وَلَمْ يَأْتِهِ مِنْ الدُّنْيَا إِلَّا مَا قُدِّرَ لَهُ".
Dari Anas bin Malik ia berkata: Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam bersabda: "Barang siapa yang akherat adalah cita-citanya maka Allah akan menjadikan kekayaan ada dalam hatinya, akan mengumpulkan hal yang berserakan (dalam hidupnya), dan dunia akan mendatanginya dalam keadaan hina. Namun barang siapa yang dunia adalah cita-citanya maka Allah akan menjadikan kefakiran berada di depan matanya, akan mencerai-beraikan apa yang sebelumnya utuh, sementara dunia yang datang kepadanya hanya apa yang dijatahkan untuknya". (HR. Tirmidzi).
Petuah yang sangat mendasar sebagai pijakan dalam beramal, termasuk bagi kita yang berprofesi sebagai guru. Banyak orang memilih untuk menjadi guru karena tidak ada lagi pekerjaan lain, banyak pula yang beralasan karena pendapatan profesi ini sedang membaik, sehingga patut untuk dipertimbangkan. Guru sasar dan guru bayar ini tidak akan dapat mencetak generasi unggul pengusung peradaban. Alih-alih mempunyai misi untuk siswanya, misi untuk pribadinya saja masih perlu pembenahan.
Islam menghendaki agar kita menjadi guru ajar, guru yang tulus menyemai nilai-nilai luhur di ladang lubuk para muridnya, mengeluarkan mereka dari gelapnya kebodohan dengan mengenalkan Allah, mengenalkan Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam, dan mengenalkan Islam. Guru yang benaknya dipenuhi dengan inovasi dan strategi dalam mengantarkan diri dan orang di lingkungannya menuju hidayah Allah Yang Maha Rahman. Guru model ini senantiasa yakin bahwa Allah tidak akan menyia-nyiakan hambaNya yang tulus dalam mengemban amanah. Kebutuhan duniawinya pasti akan tercukupi. Sehingga ia tak perlu membuang banyak waktu untuk membahas upah dan imbalan yang akan ia terima. Sebagai gantinya ia gunakan setiap kesempatan untuk berfikir pengembangan ilmu yang merupakan tonggak utama peradaban Islam.
Jika demikian, sudah seberapa besar cita-cita ukhrawi yang kita miliki? Yang pasti, hal itu akan tampak pada kualitas kinerja kita.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar