Sabtu, 09 Februari 2013

Khawatir kaya!


Tepat waktu Shubuh hari itu Abu Ubaidah tiba di Madinah setelah diutus oleh Rasulullah saw ke Bahrain dengan membawa jizyah (upeti yang harus dibayar oleh Negara kafir kepada pemerintahan Islam sebagai harga jaminan keamanan selama perjanjian damai). Seusai shalat para shahabat menghadap kepada Rasulullah saw, beliaupun tersenyum demi melihat mereka seraya berkata: "Sepertinya kalian telah mendengar perihal Abu Ubaidah yang datang membawa sesuatu?" "Benar wahai Rasulullah" jawab mereka. "Bergembiralah dan berharaplah yang menyenangkan, tetapi demi Allah, bukanlah kemiskinan yang aku takutkan pada kalian, justeru aku takut jika dibentangkan dunia untuk kalian sebagaimana dibentangkan untuk generasi sebelum kalian, sehingga kalian akan saling bersaing untuk mendapatkannya sebagaimana mereka bersaing untuk itu, dan akhirnya dunia akan melalaikan kalian seperti ia telah melalaikan mereka" (HR. Bukhari : 4015).

Ya, kemiskinan dan keterbatasan seringkali diidentikkan dengan ujian dari Allah. Bahkan sebagian manusia meyakini bahwa harta adalah ukuran penghargaan dan penghinaan Allah! Lihat QS. Al fajr : 15-16. Padahal Allah sendiri telah menyatakan dalam dua ayat tersebut bahwa kelapangan dan kesempitan kedua-duanya merupakan bentuk ujian dariNya, hanya saja tidak banyak manusia yang menyadarinya, boleh jadi karena telah dijejali matrialisme sejak terlahir di dunia. 

Allah juga berfirman: "Tiap-tiap yang berjiwa akan merasakan mati. Kami akan menguji kalian dengan keburukan dan kebaikan sebagai cobaan (yang sebenar-benarnya). Dan hanya kepada Kamilah kalian dikembalikan" (QS. Al anbiya' : 35).

Namun, akibat salah faham tentang bentuk cobaan tadi orang lebih mampu menghadapi cobaan kemiskinan dibanding kekayaan, lebih bisa mendekatkan diri kepada Allah saat kesusahan ketimbang saat gembira. Tak terkecuali masyarakat shahabat yang juga bagian dari manusia biasa. Melihat sifat dasar manusia ini Rasulullah saw Sang Guru sejak saat itu telah mewanti-wanti agar kita berhati-hati terhadap ujian harta. Ya, berapa banyak orang terlihat militan ketika tertatih merintis amal dakwah atau pendidikan dengan segala keterbatasan, tetapi ketika  dihadapkan pada terbukanya pintu dunia tidak sanggup menahan diri, sehingga tak jarang perebutannya berujung pada putusnya tali silaturahmi, saling menjatuhkan satu sama lain dan sebagainya.

Hanya kepada Allah kita memohon untuk senantiasa menjaga hati ini dari fitnah dunia yang sangat melalaikan. Amin.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar