Tepat
waktu Shubuh hari itu Abu Ubaidah tiba di Madinah setelah diutus oleh
Rasulullah saw ke Bahrain dengan membawa jizyah (upeti yang harus dibayar oleh
Negara kafir kepada pemerintahan Islam sebagai harga jaminan keamanan selama
perjanjian damai). Seusai shalat para shahabat menghadap kepada Rasulullah saw,
beliaupun tersenyum demi melihat mereka seraya berkata: "Sepertinya
kalian telah mendengar perihal Abu Ubaidah yang datang membawa sesuatu?"
"Benar wahai Rasulullah" jawab mereka. "Bergembiralah dan
berharaplah yang menyenangkan, tetapi demi Allah, bukanlah kemiskinan yang aku
takutkan pada kalian, justeru aku takut jika dibentangkan dunia untuk kalian
sebagaimana dibentangkan untuk generasi sebelum kalian, sehingga kalian akan
saling bersaing untuk mendapatkannya sebagaimana mereka bersaing untuk itu, dan
akhirnya dunia akan melalaikan kalian seperti ia telah melalaikan mereka"
(HR. Bukhari : 4015).
Ya,
kemiskinan dan keterbatasan seringkali diidentikkan dengan ujian dari Allah.
Bahkan sebagian manusia meyakini bahwa harta adalah ukuran penghargaan dan
penghinaan Allah! Lihat QS. Al fajr : 15-16. Padahal Allah sendiri telah
menyatakan dalam dua ayat tersebut bahwa kelapangan dan kesempitan kedua-duanya
merupakan bentuk ujian dariNya, hanya saja tidak banyak manusia yang
menyadarinya, boleh jadi karena telah dijejali matrialisme sejak terlahir di
dunia.
Allah
juga berfirman: "Tiap-tiap yang berjiwa akan merasakan mati. Kami akan
menguji kalian dengan keburukan dan kebaikan sebagai cobaan (yang sebenar-benarnya).
Dan hanya kepada Kamilah kalian dikembalikan" (QS. Al anbiya' : 35).
Namun,
akibat salah faham tentang bentuk cobaan tadi orang lebih mampu menghadapi
cobaan kemiskinan dibanding kekayaan, lebih bisa mendekatkan diri kepada Allah
saat kesusahan ketimbang saat gembira. Tak terkecuali masyarakat shahabat yang
juga bagian dari manusia biasa. Melihat sifat dasar manusia ini Rasulullah saw
Sang Guru sejak saat itu telah mewanti-wanti agar kita berhati-hati terhadap
ujian harta. Ya, berapa banyak orang terlihat militan ketika tertatih merintis
amal dakwah atau pendidikan dengan segala keterbatasan, tetapi ketika dihadapkan pada terbukanya pintu dunia tidak
sanggup menahan diri, sehingga tak jarang perebutannya berujung pada putusnya
tali silaturahmi, saling menjatuhkan satu sama lain dan sebagainya.
Hanya
kepada Allah kita memohon untuk senantiasa menjaga hati ini dari fitnah dunia
yang sangat melalaikan. Amin.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar