Benar kata para pakar
pendidikan, bahwa guru adalah poros berputarnya bola pembelajaran. Selain
mentransfer ilmu pengetahuan guru merupakan manajer di kelas peserta didiknya.
Layaknya manajer perusahaan, guru harus mengetahui satu per
satu anak didiknya agar dapat menempatkannya pada pekerjaan secara tepat. Satu
hal yang tidak boleh diabaikan, bahwa guru semestinya hafal nama
murid-muridnya. Karena bagaimanapun anak yang dipanggil dengan namanya merasa
dikenal dan diperhatikan, dan ini akan memberi stimulus tersendiri bagi anak
untuk lebih dekat dengan sang guru selanjutnya. Baik saat pelajaran di kelas
maupun dalam interaksi di luar kelas.
Langkah berikutnya, mengenal lebih dekat latar belakang
masing-masing anak, dari kebiasaan sehari-harinya, keluarganya sampai pola
pengasuhan yang diterapkan oleh orang tuanya di rumah. Sehari mengenal satu
anak, maka di akhir semester guru akan mengenal semua anak didiknya. Hal ini
akan sangat membantu dalam menyelesaikan masalah yang terjadi di sekolah.
Selain itu akan terjalin hubungan emosional guru-murid yang sangat dibutuhkan
dalam membangun pendidikan seutuhnya.
Kelas, yang merupakan rumah kedua bagi murid kita pun harus
dikelola oleh guru dengan baik. Karena kenyamanan suasana kelas berbanding
lurus dengan semangat anak dalam mengikuti proses belajar. Maka, ketika kita
mendapati anak hilang konsentrasi, mengantuk, atau terlihat kebosanan di wajah
mereka, kita harus mawas diri, karena barangkali akar masalah ada pada kita
yang tidak pandai dalam mengelola kelas.
Sekedar berbagi pengalaman dalam pengelolaan kelas, berikut
ini beberapa cara bagaimana menjadikan kelas sebagai tempat yang dirindukan
siswa:
Pertama: Membuat prosedur kelas bersama siswa.
Di awal pembelajaran, guru meluangkan waktu untuk duduk
bersama siswa, bermusyawarah untuk membahas prosedur kelas yang akan menjadi
kontrak belajar mereka. Prosedur ini meliputi tata cara masuk kelas,
keterlambatan, bertanya, izin keluar kelas dan sebagainya. Hal ini akan
menumbuhkan kesadaran pada diri anak karena prosedur dibuat oleh mereka
sendiri. Setelah disepakati prosedur ini ditempel dan menjadi panduan warga
kelas.
Kedua: Membuat organisasi kelas.
Kelas adalah komunitas terkecil dalam sekolah. Akan tertata
rapi dengan adanya organisasi kelas meski sederhana. Guru membimbing siswa
untuk membentuk struktur organisasi tersebut serta memberikan pengarahan tugas
dari masing-masing bagian. Dengan ini anak belajar berorganisasi sejak dini dan
memudahkan guru dalam pengontrolan kelasnya.
Ketiga: Mendesain kelas.
Kelas yang hidup adalah kelas yang dindingnya dipenuhi
dengan karya siswa, bukan karya guru. Dinding seperti ini berbicara dan
mengajari meski ada kesalahan di sana-sini. Berikan ruang berekspresi untuk
siswa dengan tetap memperhatikan etika dan estetika. Demikian juga dalam tata
meja dan bangku. Tatanan kelas yang monoton mau tidak mau berpengaruh pada
kebosanan siswa. Bisa juga melakukan outing class, di lapangan, halaman atau
taman sekolah untuk mendapatkan suasana baru.
Keempat: Pagi ceria.
Tidak ada jaminan bahwa semua siswa hadir ke sekolah dalam
kondisi siap untuk belajar. Mungkin di antara mereka ada yang membawa kekesalan
pada ibu atau ayahnya di rumah, mungkin juga pada temannya atau kendaraannya.
Cairkan kekesalan itu dengan permainan ringan di awal pertemuan sekitar 5-10
menit, baru kemudian memulai pelajaran.
Kelima: Ice breaking.
Konsentrasi manusia sangat terbatas. Dalam sebuah
penelitian disebutkan bahwa lama konsentrasi adalah umur ditambah 5-10 menit.
Hal ini menuntut guru untuk pandai membaca situasi. Ketika mendapatkan sinyal
kebekuan kelas maka hendaknya guru menghentikan sejenak pelajarannya dan
melakukan ice breaking atau memecah kebekuan. Bisa dengan gerak badan,
permainan kecil, teka teki, cerita inspiratif, yel-yel motivasi dan sebagainya.
Dengan ini konsentrasi akan mulai kembali.
Keenam: Menutup pelajaran dengan motivasi.
Akhir pelajaran juga merupakan waktu yang
menentukan semangat untuk esok hari. Nasehat, harapan atau motivasi yang tulus
dapat menjadikan siswa rindu kembali ke sekolah lagi. Tatap mata siswa dengan
penuh semangat dan iringi kepulangan mereka dengan doa semoga Allah memberi
manfaat pada ilmu yang dipelajarinya dan menjadikan mereka generasi yang
tangguh di masa mendatang.
Ditulis untuk majalah Pena Atase Pend. KBRI Riyadh
Tidak ada komentar:
Posting Komentar