Senin, 06 Januari 2014

Bersahabat dengan pubertas



Masa pubertas anak seringkali dianggap sebagai masa yang paling sulit dihadapi oleh orang tua. Pasalnya anak dalam masa ini biasanya menunjukan indikasi 'pembangkangan' terhadap perintah siapapun demi memperlihatkan bahwa ia sudah besar dan tidak pantas lagi didekte ini dan itu.
Perlu kiranya para orang tua mengetahui apa sebenarnya yang terjadi dalam masa ini dan selanjutnya berusaha menemukan cara yang tepat dalam berinteraksi dengan mereka. Ya, karena kesalahan dalam menentukan pola pendidikan bisa berakibat fatal pada saat ini dan di kemudian hari.

Tanda-tanda pubertas
Masa peralihan dari kanak-kanak ke dewasa ini memiliki tanda-tanda yang harus diketahui oleh orang tua. Tujuannya agar dapat memberikan pemahaman yang benar kepada anak tentang perubahannya dan mulai menyesuaikan diri.
Pada anak laki-laki pada umumnya dimulai pada usia 11 tahun, suara menjadi lebih berat, tumbuh bulu lembut di daerah tertentu, dan mengalami mimpi basah. Pada anak perempuan biasanya 1 tahun lebih awal, yaitu pada usia 10 tahun, payudara mulai membesar, dan mengalami menstruasi atau haid.
Secara psikis anak dalam masa ini menjadi sangat sensitive, mudah tersinggung dan marah. Jika ia memiliki kekuatan bisa jadi akan sering berkelahi atau beradu mulut, namun jika tidak maka ia cenderung murung  dan menyendiri. Ketertarikan dengan lawan jenis pun mulai tumbuh, sehingga ia berusaha mencari tahu informasi seputar cinta dan seks.
Tips mendidik anak pada masa pubertas
Setiap orang tua pasti menginginkan anak-anaknya melewati pubertas mereka dengan baik tanpa kendala kenakalan, kriminal, dan lainnya. Hal ini tidak akan terwujud tiba-tiba, namun melalui persiapan yang diproses jauh sebelum masa pubertas ini datang.
Persiapan yang terpenting adalah penanaman nilai-nilai Islam sejak dini yang nantinya akan menjadi kekuatan kontrol dalam diri sekaligus berfungsi sebagai filter untuk budaya asing yang pasti akan mengitarinya. Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam meringkas poin krusial ini dengan sabdanya, "Perintahkan shalat kepada anak-anakmu ketika mereka berumur tujuh tahun". Pendidikan shalat mengandung banyak pelajaran berharga, utamanya membangun hubungan dengan Allah serta merasakan muraqabah (pengawasan) Nya. Ini adalah karakter yang sangat dibutuhkan di masa pubertas kelak. Terlebih di zaman keterbukaan informasi seperti sekarang ini. Belum lagi budaya kedisiplinan, kebersihan, dan budi pekerti unggul lain yang dibawanya.
Nilai kepatuhan kepada orang tua menempati posisi berikutnya. Bukan dengan cara mengancam anak dengan hukuman, tetapi melalui komunikasi yang lancar, keteladanan, dan memantaskan diri untuk dipatuhi. Kepercayaan anak kepada orang tua sangat dibutuhkan karena ia akan memiliki banyak pertanyaan terkait pubertas. Tidak bisa dibayangkan jika ia mencari sendiri jawabannya hanya karena tidak percaya kepada orang tuanya. Di sini menjadi jelas mengapa Lukman Al Hakim mewasiatkan kepada anaknya agar patuh kepada orang tua setelah wasiat keimanan.
Ketika masa pubertas itu telah tiba ada baiknya orang tua memilih waktu yang sekiranya tepat untuk berkomunikasi dengan si anak. Rileks dan privasinya terjaga. Di kesempatan ini orang tua memposisikan diri sebagai teman, sehingga diharapkan anak tidak canggung untuk bertanya meski dalam masalah yang sangat pribadi, demikian pula orang tua dapat memberikan pemahaman yang utuh tentang apa yang akan dialami buah hatinya di masa pubertas ini, serta syariat yang berkaitan dengannya, seperti hukum seputar janabah dan haid. Selipkan pesan bahwa orang tua membuka diri setiap saat untuk menerima konsultasinya. Komunikasi model ini baik juga dilakukan secara berkala.
Ada perasaan bahwa ia sekarang sudah bukan anak-anak lagi. Tidak heran jika muncul sikap-sikap untuk menunjukkan bahwa ia sudah besar, baik cara berpakaian, pertemanan, topik pembicaraan, dan lain-lain. Saatnya orang tua mengimbanginya dengan memberi kepercayaan dan tanggungjawab. Berikan peluang untuk belajar mengambil keputusan dan siap dengan konsekwensinya. Jika ternyata pilihan mereka kurang tepat, maka pada saat itulah orang tua memainkan perannya dalam bimbingan.
Anak usia ini sedang mencari jati diri, kepercayaan diri akan tumbuh jika ia mendapatkan perhatian dari orang lain dan penghargaan atas prestasi yang dihasilkannya. Penghargaan tidak harus berupa materi, bahkan tatapan mata positif pun akan ditangkap oleh anak sebagai sebuah motivasi untuk terus maju ke depan.
Hal yang tidak kalah pentingnya adalah mengenal temannya. Teman memiliki peranan yang tidak boleh diremehkan. Sementara anak puber paling tidak suka dimata-matai atau terlalu dikekang. Untuk poin ini orang tua bisa membuat acara santai dengan mengundang teman-teman si anak dan menyempatkan diri untuk duduk berbincang dengan mereka jauh dari kesan introgasi atau menyelidik. Dari perbincangan ini orang tua bisa menyimpulkan bagaimana kualitas teman anaknya dan selanjutnya tinggal memberi pengarahan.
Bacaan dan tontonan juga hendaknya mendapat perhatian dari orang tua. Pornografi pada keduanya berpotensi candu yang perlu diantisipasi. Dalam hal ini pendidikan keimanan yang berkelanjutan sangat berperan. Mengandalkan kontrol dan pengawasan tidaklah cukup karena keterbatasannya. Sementara keimanan yang tertancap akan bersamanya kemanapun ia pergi.
Di  sisi proses kematangan seksual pada anak puber, Islam memberi solusi melalui sabda Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam, "… dan pisahkan tempat tidur mereka".
Demikian orang tua teladan dalam menghadapi anak-anak yang memasuki masa pubertas. Langkah-langkah ini adalah upaya untuk melahirkan para remaja yang melewati masa 'rawan' ini dengan baik. Selanjutnya tambatkan harapan kepada Allah dengan doa-doa yang tulus agar anak-anak diberi bimbingan dan dijaga dari kejahatan syetan baik bangsa jin atau manusia.

Ditulis untuk majalah Pena KBRI Riyadh

Tidak ada komentar:

Posting Komentar