Masa pubertas anak seringkali dianggap sebagai masa yang
paling sulit dihadapi oleh orang tua. Pasalnya anak dalam masa ini biasanya
menunjukan indikasi 'pembangkangan' terhadap perintah siapapun demi
memperlihatkan bahwa ia sudah besar dan tidak pantas lagi didekte ini dan itu.
Perlu kiranya para orang tua mengetahui apa sebenarnya yang
terjadi dalam masa ini dan selanjutnya berusaha menemukan cara yang tepat dalam
berinteraksi dengan mereka. Ya, karena kesalahan dalam menentukan pola
pendidikan bisa berakibat fatal pada saat ini dan di kemudian hari.
Tanda-tanda pubertas
Masa peralihan dari kanak-kanak ke dewasa ini memiliki
tanda-tanda yang harus diketahui oleh orang tua. Tujuannya agar dapat
memberikan pemahaman yang benar kepada anak tentang perubahannya dan mulai menyesuaikan
diri.
Pada anak laki-laki pada umumnya dimulai pada usia 11
tahun, suara menjadi lebih berat, tumbuh bulu lembut di daerah tertentu, dan
mengalami mimpi basah. Pada anak perempuan biasanya 1 tahun lebih awal, yaitu
pada usia 10 tahun, payudara mulai membesar, dan mengalami menstruasi atau
haid.
Secara psikis anak dalam masa ini menjadi sangat sensitive,
mudah tersinggung dan marah. Jika ia memiliki kekuatan bisa jadi akan sering
berkelahi atau beradu mulut, namun jika tidak maka ia cenderung murung dan menyendiri. Ketertarikan dengan lawan
jenis pun mulai tumbuh, sehingga ia berusaha mencari tahu informasi seputar
cinta dan seks.
Tips mendidik anak pada masa pubertas
Setiap orang tua pasti menginginkan anak-anaknya melewati
pubertas mereka dengan baik tanpa kendala kenakalan, kriminal, dan lainnya. Hal
ini tidak akan terwujud tiba-tiba, namun melalui persiapan yang diproses jauh
sebelum masa pubertas ini datang.
Persiapan yang terpenting adalah penanaman
nilai-nilai Islam sejak dini yang nantinya akan menjadi kekuatan kontrol dalam
diri sekaligus berfungsi sebagai filter untuk budaya asing yang pasti akan mengitarinya.
Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam meringkas poin krusial ini dengan
sabdanya, "Perintahkan shalat kepada anak-anakmu ketika mereka berumur
tujuh tahun". Pendidikan shalat mengandung banyak pelajaran berharga,
utamanya membangun hubungan dengan Allah serta merasakan muraqabah
(pengawasan) Nya. Ini adalah karakter yang sangat dibutuhkan di masa pubertas
kelak. Terlebih di zaman keterbukaan informasi seperti sekarang ini. Belum lagi
budaya kedisiplinan, kebersihan, dan budi pekerti unggul lain yang dibawanya.
Nilai kepatuhan kepada orang tua menempati
posisi berikutnya. Bukan dengan cara mengancam anak dengan hukuman, tetapi
melalui komunikasi yang lancar, keteladanan, dan memantaskan diri untuk
dipatuhi. Kepercayaan anak kepada orang tua sangat dibutuhkan karena ia akan
memiliki banyak pertanyaan terkait pubertas. Tidak bisa dibayangkan jika ia
mencari sendiri jawabannya hanya karena tidak percaya kepada orang tuanya. Di
sini menjadi jelas mengapa Lukman Al Hakim mewasiatkan kepada anaknya agar
patuh kepada orang tua setelah wasiat keimanan.
Ketika masa pubertas itu telah tiba ada
baiknya orang tua memilih waktu yang sekiranya tepat untuk berkomunikasi dengan
si anak. Rileks dan privasinya terjaga. Di kesempatan ini orang tua
memposisikan diri sebagai teman, sehingga diharapkan anak tidak canggung untuk
bertanya meski dalam masalah yang sangat pribadi, demikian pula orang tua dapat
memberikan pemahaman yang utuh tentang apa yang akan dialami buah hatinya di
masa pubertas ini, serta syariat yang berkaitan dengannya, seperti hukum
seputar janabah dan haid. Selipkan pesan bahwa orang tua membuka diri setiap
saat untuk menerima konsultasinya. Komunikasi model ini baik juga dilakukan
secara berkala.
Ada perasaan bahwa ia sekarang sudah bukan
anak-anak lagi. Tidak heran jika muncul sikap-sikap untuk menunjukkan bahwa ia
sudah besar, baik cara berpakaian, pertemanan, topik pembicaraan, dan
lain-lain. Saatnya orang tua mengimbanginya dengan memberi kepercayaan dan
tanggungjawab. Berikan peluang untuk belajar mengambil keputusan dan siap
dengan konsekwensinya. Jika ternyata pilihan mereka kurang tepat, maka pada
saat itulah orang tua memainkan perannya dalam bimbingan.
Anak usia ini sedang mencari jati diri,
kepercayaan diri akan tumbuh jika ia mendapatkan perhatian dari orang lain dan
penghargaan atas prestasi yang dihasilkannya. Penghargaan tidak harus berupa
materi, bahkan tatapan mata positif pun akan ditangkap oleh anak sebagai sebuah
motivasi untuk terus maju ke depan.
Hal yang tidak kalah pentingnya adalah mengenal
temannya. Teman memiliki peranan yang tidak boleh diremehkan. Sementara anak puber
paling tidak suka dimata-matai atau terlalu dikekang. Untuk poin ini orang tua
bisa membuat acara santai dengan mengundang teman-teman si anak dan
menyempatkan diri untuk duduk berbincang dengan mereka jauh dari kesan
introgasi atau menyelidik. Dari perbincangan ini orang tua bisa menyimpulkan
bagaimana kualitas teman anaknya dan selanjutnya tinggal memberi pengarahan.
Bacaan dan tontonan juga hendaknya mendapat
perhatian dari orang tua. Pornografi pada keduanya berpotensi candu yang perlu
diantisipasi. Dalam hal ini pendidikan keimanan yang berkelanjutan sangat
berperan. Mengandalkan kontrol dan pengawasan tidaklah cukup karena
keterbatasannya. Sementara keimanan yang tertancap akan bersamanya kemanapun ia
pergi.
Di
sisi proses kematangan seksual pada anak puber, Islam memberi solusi
melalui sabda Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam, "… dan pisahkan
tempat tidur mereka".
Demikian orang tua teladan dalam menghadapi
anak-anak yang memasuki masa pubertas. Langkah-langkah ini adalah upaya untuk
melahirkan para remaja yang melewati masa 'rawan' ini dengan baik. Selanjutnya
tambatkan harapan kepada Allah dengan doa-doa yang tulus agar anak-anak diberi
bimbingan dan dijaga dari kejahatan syetan baik bangsa jin atau manusia.Ditulis untuk majalah Pena KBRI Riyadh
Tidak ada komentar:
Posting Komentar