Kamis, 24 April 2014

Mendidik anak untuk shalat



Pendidikan anak sangat luas cakupannya. Permasalahan shalat salah satu poin terpenting di dalamnya. Karena shalat adalah media untuk membangun hubungan erat dengan Allah Subhanahu wata'ala. Shalat juga merupakan amalan riil penyembahan manusia kepada Rabb alam semesta. Tak heran, rukun Islam ke dua ini menjadi pembeda antara muslim yang sebenarnya dan orang-orang kafir dari kalangan munafik.

Memang dalam Islam taklif atau pembebanan syariat dimulai ketika anak telah memasuki masa baligh, bukan sebelumnya. Namun bukan berarti kita sebagai orang tua tidak melakukan persiapan dalam menyambutnya. Dalam hal ini Rasulullah -shallallahu 'alaihi wasallam- bersabda:
مُرُوا أَبْنَاءَكُمْ بِالصَّلَاةِ لِسَبْعِ سِنِينَ، وَاضْرِبُوهُمْ عَلَيْهَا لِعَشْرِ سِنِينَ، وَفَرِّقُوا بَيْنَهُمْ فِي الْمَضَاجِعِ
"Perintahlah anak-anakmu untuk shalat pada usia tujuh tahun, dan pukullah mereka (jika enggan melaksanakannya) pada usia sepuluh, serta pisahkan mereka dalam tempat tidur!" (HR. Ahmad, Hasan).

Dari hadits di atas kita menangkap pesan yang sangat jelas bahwa pendidikan shalat dimulai sejak anak berumur tujuh tahun. Ini yang semestinya dilakukan oleh para orang tua untuk buah hatinya. Sejak dini kita mengenalkannya kepada Allah, Dzat yang menciptakan segala sesuatu dan yang berhak untuk disembah. Sejak kanak-kanak kita ikatkan dia dengan tali Allah yang kuat, kita hubungkan hidupnya kepada Allah yang Mahasempurna.

Tahapan pendidikan
Orang tua tidak diperkenankan memukul anak karena enggan melaksanakan shalat kecuali setelah ia berumur sepuluh tahun. Itu berarti ada waktu tiga tahun untuk mendidik dan membiasakan. Ya, 3 tahun x 5 waktu sehari semalam kesempatan bagi orang tua untuk mengajari, menuntun, dan meneladankan shalat kepada putra-putrinya. Berikut ini di antara tahapan pendidikan shalat untuk anak:
1.     Keteladanan
Anak akan selalu bercermin kepada orang tuanya. Jika ia selalu mendapati mereka berdua menjaga shalat tepat waktu, maka akan terpatri di bawah alam sadar mereka bahwa shalat adalah sesuatu yang harus dilakukan oleh seorang muslim. Bahkan tak jarang anak-anak justeru mengingatkan orang tuanya ketika adzan sudah berkumandang namun belum juga bergegas berangkat ke masjid. Tidak bisa kita bayangkan sulitnya menyuruh anak shalat sementara kita sendiri lalai terhadapnya.
2.     Mengajak anak ke masjid
Ada baiknya orang tua membawa anak balitanya ke masjid, khususnya anak laki-laki, untuk menyaksikan secara langsung pelaksanaan shalat berjamaah. Namun, sebelum berangkat hendaknya dipesan untuk mengikuti gerakan imam dan tidak berlarian atau berteriak saat shalat berlangsung. Dengan ini anak belajar melalui pengalaman, setidaknya ia menyerap gerakan-gerakan dalam shalat serta mendengarkan surat al-Fatihah dan surat-surat lainnya. Ini termasuk metode pembelajaran yang cukup efektif. Oleh karenanya, Rasulullah -shallallahu 'alaihi wasallam- seringkali membawa Hasan dan Husain ke masjid. Namun, jika anak kita termasuk anak yang sulit dikendalikan dan khawatir mengganggu kekhusyukan jamaah, maka kita perlu pertimbangkan lagi untuk membawanya ke masjid.
3.     Belajar dan menghafal bacaan shalat
Mulai usia 5 tahun, anak sudah bisa dikenalkan bacaan-bacaan dalam shalat, secara bertahap tentunya. Dimulai dengan bacaan-bacaan utama, seperti surat al-Fatihah, bacaan rukuk, sujud, dan seterusnya. Bisa juga dengan memilih bacaan yang pendek terlebih dahulu. Dalam tahapan ini kesabaran orang tua sangat diperlukan, ajarkan sedikit demi sedikit asal rutin ada tambahan yang diberikan kepadanya. Meski anak belum bisa membaca tulisan, namun dengan menirukan ia dapat menghafalkannya. Dianjurkan dalam menghafal bacaan ini disertai dengan gerakannya agar tergambar kapan doa dan dzikir itu dibaca.
4.     Pembiasaan
Shalat akan menjadi karakter pada anak manakala dibiasakan. Dalam tahapan ini proses pembelajaran pun terus berlangsung, baik dalam gerakan, bacaan, maupun terkait adab dan sopan santun di dalam masjid atau dalam berinteraksi dengan orang lain. Artinya, orang tua hendaknya tetap terus mengawasi kualitas shalat anak-anak dan membenahi kekurangannya. Hadits di atas mengindikasikan bahwa tahapan ini minimal dilakukan selama 3 tahun, dari usia 7 hingga 10 tahun. Hal ini menuntut kita orang tua memiliki pengetahuan yang cukup terkait ibadah shalat.
5.     Sikap tegas dalam masalah shalat
Setelah tahapan-tahapan di atas, orang tua harus memiliki ketegasan dalam masalah shalat anak. Islam bahkan membolehkan untuk memukul anak jika bermalas-malasan melaksanakan shalat. Tentu pukulan yang tidak menyakitkan dan melukai. Hal ini menjadi wajar karena pendidikan shalat telah dilalui tahapan demi tahapannya. Baik juga sesekali waktu melalui pengajian keluarga anak-anak diminta untuk mempraktekkan shalat guna mengetahui kualitas bacaannya sambil diterangkan kandungan maknanya.

Demikian, beberapa langkah dalam mendidikkan shalat pada anak. Orang tua hendaknya punya semangat untuk melaksanakannya, karena shalat yang diajarkannya akan menjadi amalan yang akan dilakukan oleh si anak selama hidupnya. Berapa banyak pahala yang akan sampai kepada kita.

Yang tidak boleh kita lupakan, pengajaran shalat ini membutuhkan kesabaran. Kesabaran kita dalam mempelajari sifat shalat Rasulullah -shallallahu 'alaihi wasallam- dan kesabaran dalam mengajarkannya. Allah berfirman:
وَأْمُرْ أَهْلَكَ بِالصَّلَاةِ وَاصْطَبِرْ عَلَيْهَا لَا نَسْأَلُكَ رِزْقًا نَحْنُ نَرْزُقُكَ وَالْعَاقِبَةُ لِلتَّقْوَى (طه: 132(
"Perintahkan keluargamu untuk shalat dan bersabarlah! Kami tidak meminta rizki kepadamu, dan Kamilah yang memberimu rizki, akhir yang baik adalah untuk nilai ketakwaan." (QS. Thaha: 132).

Shahabat Malik bin Huwairits bercerita, "Kami mendatangi Rasulullah -shallallahu 'alaihi wasallam- dan pada waktu itu kami para pemuda seumuran, kami tinggal di sana 20 hari. Beliau melihat raut kerinduan kepada keluarga di wajah kami seraya bertanya tentang siapa-siapa yang kami tinggalkan, dan kami pun menjawabnya, sungguh beliau adalah orang yang sangat penyayang. Setelah itu beliau bersabda:
ارْجِعُوا إِلَى أَهْلِيكُمْ، فَعَلِّمُوهُمْ وَمُرُوهُمْ، وَصَلُّوا كَمَا رَأَيْتُمُونِي أُصَلِّي، وَإِذَا حَضَرَتِ الصَّلاَةُ، فَلْيُؤَذِّنْ لَكُمْ أَحَدُكُمْ، ثُمَّ لِيَؤُمَّكُمْ أَكْبَرُكُمْ
"Pulanglah kalian kepada keluarga kalian, ajari mereka dan ajaklah mereka, shalatlah kalian seperti kalian melihat aku shalat. Jika datang waktu shalat, maka hendaknya salah satu di antara kalian mengumandangkan adzan, kemudian orang tertua di antara kalian yang menjadi imam." (HR. Bukhari).

 Ya, saatnya kita didik anak-anak kita dengan shalat agar menjadi generasi yang kuat keimanannya kepada Allah Subhanahu wa ta'ala.

Ditulis untuk majalah Annur Riyadh

Tidak ada komentar:

Posting Komentar