Minggu, 27 April 2014

Pohon Orang Mukmin



"Ada di antara pohon-pohon itu sebuah pohon yang daunnya tidak jatuh sendiri (ke tanah), dan pohon itu merupakan perumpamaan seorang mukmin. Coba beritahu aku, pohon apakah itu?" Pertanyaan yang dipakai oleh Rasulullah -shallallahu 'alaihi wasallam- dalam kajiannya kali ini membuat dahi para shahabat berkerut. Alam fikiran mereka menerawang jauh ke pelosok pedesaan, mencari pohon unik teka-teki dari Sang Mahaguru.

 Abdullah bin Umar termasuk mereka yang hadir di majelis pada saat itu. Beda dengan shahabat lainnya, dia menerka bahwa pohon itu adalah kurma. Namun karena dihadapannya banyak pembesar shahabat termasuk ayahnya, maka dia simpan jawaban itu dalam hatinya, sebagai bentuk rasa hormat dan penghargaan kepaa orang yang lebih tua.
Setelah beberapa waktu mereka berfikir tetapi tak kunjung mendapatkan jawaban, para shahabat mulia itu menyerah dan bertanya, "Beritahu kami wahai Rasulullah -shallallahu 'alaihi wasallam- pohon apakah itu?"

"Pohon itu adalah pohon kurma." Rasulullah -shallallahu 'alaihi wasallam- menjawab dengan singkatnya. Ya, ternyata pohon itu bukan pohon yang asing bagi mereka, bisa mereka lihat setiap saat karena memang banyak tumbuh di sekitar rumah mereka .

Seusai kajian bersama Nabi, Abdullah bin Umar bergegas menceritakan tebakannya itu kepada ayahandanya, Umar bin Khattab. "Andaikan engkau menjawab dengan pohon kurma itu lebih aku sukai daripada ini dan itu." Suara berat Umar yang sarat dengan motivasi untuk putranya agar lebih berani dalam mengungkapkan isi hatinya.

Banyak sekali keteladanan yang dapat kita petik dari hadits riwayat Bukhari dan Muslim di atas; metode teka-teki dalam pengajaran Rasulullah -shallallahu 'alaihi wasallam-, sopan santun dan kerendahan hati Abdullah bin Umar, cara Umar bin Khattab dalam mendidik dan memotivasi putranya, dan lain-lain. Karakter-karakter yang menginspirasi kita saat kita menjadi guru, anak, dan orang tua.

Guru yang baik selalu berinovasi dalam menyampaikan pesan pelajaran kepada para muridnya. Salah satu metode itu adalah metode permisalan atau analogi yang menurut psikologi modern berfungsi mengendapkan memori. Pemilihan pohon kurma dalam analogi Rasulullah -shallallahu 'alaihi wasallam- bukanlah sederhana. Selain memiliki banyak kesamaan dengan kepribadian orang mukmin yang semestinya, pohon ini mudah didapati oleh para shahabat. Sehingga setiap kali mereka melihat pohon ini, maka memori pesan nasehat itu segera hadir dalam benak mereka.

Orang tua juga sangat berperan dalam pendidikan generasi penerus. Dalam menumbuhkan kecintaan terhadap ilmu, orang tua perlu memotivasi anak dengan mengajaknya  hadir dalam majelis ilmu. Sedikit demi sedikit ia akan menyerap pengetahuan, belajar akhlak dengan melihat langsung cara guru dalam bersikap dan bertutur kata, belajar mendengar dan bertanya, serta manfaat positif lainnya. Di sini terlihat jelas bagaimana para pembesar shahabat menyiapkan generasi yang akan meneruskan perjuangan mereka. Sikap hormat Abdullah bin Umar terhadap para shahabat senior menggambarkan hasil didikan itu.

Selain keteladanan di atas, ada hal yang menarik terkait pohon yang dijadikan permisalan oleh Rasulullah -shallallahu 'alaihi wasallam-. Pohon yang daunnya tidak jatuh sendiri ini mengilhami bahwa seorang mukmin hendaknya menempa diri untuk memiliki sifat-sifatnya, di antaranya:

1.    Semua bagian dari pohon ini bermanfaat, mulai akar hingga biji kurmanya. Buahnya manis mengenyangkan, bijinya untuk pakan ternak, daunnya untuk atap, batangnya untuk tiang, akarnya untuk kayu bakar, dan manfaat-manfaat lainnya. Maka sudah sepantasnya kita menjadi pribadi yang bermanfaat untuk orang lain dari sisi manapun dari tubuh dan kepribadian kita.
2.    Ketika pohon ini sudah mulai berbuah ia tidak akan berhenti berbuah sampai ia mati. Demikian pula seharusnya seorang mukmin, tidak pantang mundur dalam memberi kemanfaatan, sampai ajal menjemput kita.
3.    Pohon ini pula dijadikan permisalan oleh Allah dalam surat Ibrahim ayat 24 dalam menggambarkan kalimah thayyibah; akarnya menunjam ke bumi, cabangnya menjulang tinggi ke langit, dan setiap saat mengeluarkan buahnya. Hal ini mengisyaratkan bahwa pondasi keimanan kita hendaknya kokoh tertanam dalam sanubari dan cabangnya menjalar ke seluruh anggota badan, selanjutnya menampilkan kepribadian yang elok.
Ya, Allah telah menciptakan alam semesta agar menjadi pelajaran untuk manusia, ada yang secara jelas ditunjukkan oleh Allah dan RasulNya, ada pula yang ditinggalkan untuk kita temukan sendiri.
{إِنَّ فِي خَلْقِ السَّمَاوَاتِ وَالْأَرْضِ وَاخْتِلَافِ اللَّيْلِ وَالنَّهَارِ لَآيَاتٍ لِأُولِي الْأَلْبَابِ، الَّذِينَ يَذْكُرُونَ اللَّهَ قِيَامًا وَقُعُودًا وَعَلَى جُنُوبِهِمْ وَيَتَفَكَّرُونَ فِي خَلْقِ السَّمَاوَاتِ وَالْأَرْضِ رَبَّنَا مَا خَلَقْتَ هَذَا بَاطِلًا سُبْحَانَكَ فَقِنَا عَذَابَ النَّارِ} [آل عمران: 190، 191]

 "Sesungguhnya dalam penciptaan langit dan bumi, dan silih bergantinya malam dan siang terdapat tanda-tanda bagi orang-orang yang berakal, (yaitu) orang-orang yang mengingat Allah sambil berdiri atau duduk atau dalam keadaan berbaring dan mereka memikirkan tentang penciptaan langit dan bumi (seraya berkata): "Ya Tuhan kami, tiadalah Engkau menciptakan ini dengan sia-sia, Maha Suci Engkau, Maka peliharalah kami dari siksa neraka."

Ditulis untuk markazinayah.com 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar