Jumat, 23 Januari 2015

Mengenali Bakat Anak



Tidak ada salah produksi dalam ciptaan Allah, semua dibekali kelebihan dan bakat untuk mengabdikan dirinya kepada Allah dan bersinergi dengan makhluk sesama. Tugas kita adalah mengenali dan menemukan kelebihan dan bakat yang Allah titipkan kepada kita itu, selanjutnya menumbuhkembangkannya agar menjadi potensi positif yang bermanfaat.

Kita tidak bisa bayangkan jika bakat itu dikenali sejak kecil, seiring pertumbuhannya tumbuh pula bakat itu dengan perawatan yang baik. Tentu akan lebih kuat dan lebih luas manfaatnya. Inilah tanggung jawab orang tua.
Banyak orang tua yang masa bodoh terhadap bakat anak, mereka beranggap bahwa anak akan menemukan sendiri bakatnya ketika mereka dewasa nanti. Orang tua semacam ini lupa bahwa dengan mengetahui bakat anak sejak dini akan membantu mereka dalam menemukan sekolah yang tepat untuk anak, juga dalam menentukan pola pendidikannya di rumah.

Tanda-tanda bakat anak
Dalam mengenali bakat anak, orang tua dapat melihatnya dari aktifitas hariannya. Biasanya anak tidak mau dibatasi aktifitas yang dilatari bakatnya, karena ia merasa nyaman dengannya. Dalam momen tertentu ia ingin menunjukkan kemampuannya itu untuk diketahui oleh orang lain, minimal orang tuanya.
Bakat juga dapat dikenali dengan respon anak terhadap pembelajaran, yaitu cepat menangkap stimulan yang memantik bakatnya. Kalaupun ia mendapati rintangan dalam aktifitas bakatnya, selalu saja dapat jalan keluar. Sampai pada akhirnya bakat itu melahirkan sebuah karya.

Saran praktis untuk mengembangkan bakat
Munif Chatib dalam bukunya "Orangtuanya Manusia" menawarkan beberapa langkah praktis dalam pengembangan bakat, di antaranya:
1.       Memperhatikan aktifitas keseharian anak untuk mengenali bakatnya.
2.       Mengajak anak mengikuti pengalaman-pengalaman hidup untuk memberi stimulan pada anak dalam menemukan bakatnya.
3.       Menghargai kesalahan anak dan mengenalkan resiko dari sebuah kesalahan.
4.       Membuat proyek khusus keluarga yang dibangun bersama.
5.       Memberinya penghargaan yang tinggi tetapi realistis.
6.       Membuat lingkungan yang kaya akan hal-hal yang berhubungan dengan panca indra.
7.       Tidak membatasi anak dengan label negatif.
8.       Membuat permainan bersama dalam keluarga.
9.       Mengatur waktu untuk keluarga dengan aktifitas positif seperti membaca.
10.   Menyiapkan bahan-bahan bacaan agar anak memiliki referensi dalam mengenal dunia.
11.   Mengikutsertakan anak dalam kegiatan masyarakat yang menarik hatinya.
12.   Mendongengkan cerita yang menginspirasi kesuksesan.
13.   Tidak banyak mengkritik apa yang dilakukan anak.
14.   Mengkisahkan pengalaman keberhasilan anda kepadanya.
15.   Mengajaknya mengunjungi perpustakaan dan tempat lainnya yang memberi wawasan baru.
16.   Memberi mainan imajinatif.
17.   Memberinya kepercayaan dalam menggunakan waktu dengan tetap membimbingnya.
18.   Tidak mencekokinya dengan hadiah yang berlebihan.
19.   Memotivasi anak untuk bergabung dengan komunitas yang fokus pada bakat anak.
20.   Mendiskusikan berita-berita yang membangkitkan bakat.
Bila hal-hal praktis di atas dilakukan oleh para orang tua, maka akan tercipta sebuah lingkungan yang melejitkan potensi anak. Anak akan merasa memiliki 'kebebasan' dalam menentukan kesukaannya. Sebaliknya, jika pola paksaan yang ada di dalam rumah, ditambah lagi tidak tersedia perangkat yang memancing munculnya bakat anak, maka dipastikan bakat anak akan terbunuh, bukan oleh orang lain, namun oleh orang tuanya sendiri.
Anak ibarat samudra yang luas, orang tua harus menyelaminya untuk mendapatkan harta karun potensi untuk dikembangkan. Ya, kewajiban kita adalah berupaya untuk menemukannya, tidak mesti kita mendapatkannya pada usia dini, oleh karenanya kita tidak boleh berhenti dan menyerah, teruslah menyelam meski sampai akhir hayat kita. 

Ditulis untuk majalah pendidikan PENA KBRI Riyadh.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar