Tidak ada salah produksi dalam ciptaan
Allah, semua dibekali kelebihan dan bakat untuk mengabdikan dirinya kepada
Allah dan bersinergi dengan makhluk sesama. Tugas kita adalah mengenali dan
menemukan kelebihan dan bakat yang Allah titipkan kepada kita itu, selanjutnya
menumbuhkembangkannya agar menjadi potensi positif yang bermanfaat.
Kita tidak bisa bayangkan jika bakat itu
dikenali sejak kecil, seiring pertumbuhannya tumbuh pula bakat itu dengan
perawatan yang baik. Tentu akan lebih kuat dan lebih luas manfaatnya. Inilah
tanggung jawab orang tua.
Banyak orang tua yang masa bodoh terhadap
bakat anak, mereka beranggap bahwa anak akan menemukan sendiri bakatnya ketika
mereka dewasa nanti. Orang tua semacam ini lupa bahwa dengan mengetahui bakat
anak sejak dini akan membantu mereka dalam menemukan sekolah yang tepat untuk
anak, juga dalam menentukan pola pendidikannya di rumah.
Tanda-tanda bakat anak
Dalam mengenali bakat anak, orang tua
dapat melihatnya dari aktifitas hariannya. Biasanya anak tidak mau dibatasi
aktifitas yang dilatari bakatnya, karena ia merasa nyaman dengannya. Dalam
momen tertentu ia ingin menunjukkan kemampuannya itu untuk diketahui oleh orang
lain, minimal orang tuanya.
Bakat juga dapat dikenali dengan respon
anak terhadap pembelajaran, yaitu cepat menangkap stimulan yang memantik
bakatnya. Kalaupun ia mendapati rintangan dalam aktifitas bakatnya, selalu saja
dapat jalan keluar. Sampai pada akhirnya bakat itu melahirkan sebuah karya.
Saran praktis untuk mengembangkan bakat
Munif Chatib dalam bukunya
"Orangtuanya Manusia" menawarkan beberapa langkah praktis dalam
pengembangan bakat, di antaranya:
1.
Memperhatikan
aktifitas keseharian anak untuk mengenali bakatnya.
2.
Mengajak
anak mengikuti pengalaman-pengalaman hidup untuk memberi stimulan pada anak
dalam menemukan bakatnya.
3.
Menghargai
kesalahan anak dan mengenalkan resiko dari sebuah kesalahan.
4.
Membuat
proyek khusus keluarga yang dibangun bersama.
5.
Memberinya
penghargaan yang tinggi tetapi realistis.
6.
Membuat
lingkungan yang kaya akan hal-hal yang berhubungan dengan panca indra.
7.
Tidak
membatasi anak dengan label negatif.
8.
Membuat
permainan bersama dalam keluarga.
9.
Mengatur
waktu untuk keluarga dengan aktifitas positif seperti membaca.
10.
Menyiapkan
bahan-bahan bacaan agar anak memiliki referensi dalam mengenal dunia.
11.
Mengikutsertakan
anak dalam kegiatan masyarakat yang menarik hatinya.
12.
Mendongengkan
cerita yang menginspirasi kesuksesan.
13.
Tidak
banyak mengkritik apa yang dilakukan anak.
14.
Mengkisahkan
pengalaman keberhasilan anda kepadanya.
15.
Mengajaknya
mengunjungi perpustakaan dan tempat lainnya yang memberi wawasan baru.
16.
Memberi
mainan imajinatif.
17.
Memberinya
kepercayaan dalam menggunakan waktu dengan tetap membimbingnya.
18.
Tidak
mencekokinya dengan hadiah yang berlebihan.
19.
Memotivasi
anak untuk bergabung dengan komunitas yang fokus pada bakat anak.
20.
Mendiskusikan
berita-berita yang membangkitkan bakat.
Bila hal-hal praktis di atas dilakukan
oleh para orang tua, maka akan tercipta sebuah lingkungan yang melejitkan
potensi anak. Anak akan merasa memiliki 'kebebasan' dalam menentukan
kesukaannya. Sebaliknya, jika pola paksaan yang ada di dalam rumah, ditambah
lagi tidak tersedia perangkat yang memancing munculnya bakat anak, maka
dipastikan bakat anak akan terbunuh, bukan oleh orang lain, namun oleh orang
tuanya sendiri.
Anak ibarat samudra yang luas, orang tua
harus menyelaminya untuk mendapatkan harta karun potensi untuk dikembangkan.
Ya, kewajiban kita adalah berupaya untuk menemukannya, tidak mesti kita
mendapatkannya pada usia dini, oleh karenanya kita tidak boleh berhenti dan
menyerah, teruslah menyelam meski sampai akhir hayat kita.
Ditulis untuk majalah pendidikan PENA KBRI Riyadh.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar