Ketika ayat 90-91 dalam surat Al Maidah turun, maka Rasulullah SAW bersabda, "Sesungguhnya Allah telah mengharamkan khamr, maka barangsiapa yang telah mengetahui ayat ini dan masih mempunyai khamr walaupun sedikit, maka jangan diminum dan jangan dijual." (HR. Muslim). Dalam riwayat hadist ini dijelaskan, bahwa para sahabat secara serentak menumpahkan semua minuman keras yang ada di rumah mereka.
Para penulis ahli sejarah menukilkan, beberapa saat setelah turunnya ayat yang mengharamkan khamr kota Madinah digenangi khamr yang ditumpahkan kaum muslimin sambil berseru, "Intahaina ya Allah!" (Kami telah menjauhinya, ya Allah!).
Sahabat Ali bin Abi Thalib Radhiallahu 'Anhu bahkan sempat berkata, "Seandainya ada satu tetes khamr (minuman keras) jatuh ke laut, kemudian laut itu kering, lalu tumbuh sebatang pohon yang buahnya bisa dimakan, maka andai saja lidahku telah kering kehausan dan perutku menjerit kelaparan, niscaya aku tidak akan mendekatinya." Sikap tegas seperti ini ditunjukkan juga oleh sahabat Umar bin Khatab Radhiallahu 'Anhu di hadapan orang banyak berseru, "Demi Allah! Seandainya setetes khamr jatuh ke tanganku, niscaya akan kupotong tanganku ini dan kulepaskan dari tubuhku." Demikianlah satu bentuk kepatuhan sahabat dan salafus-shalih di masa Rasulullah Shallalahu 'ali wa Sallam mengikuti perintah Allah dalam Alquranul Karim.
Sejarah turunnya ayat ini juga menceritakan para sahabat melakukan razia terhadap orang-orang yang masih menyimpan atau menjual khamr. Kemudian khamr-khamr itu mereka tumpahkan ke tanah atau mereka buang ke selokan air. Para sahabat melakukan gerakan pembasmian khamr semata karena kepatuhan kepada Allah dan Rasulullah SAW yang telah mengharamkan, di samping mereka telah menyaksikan bahaya yang dapat ditimbulkan oleh khamr berupa bermacam kejahatan dan kemaksiatan yang sangat merugikan manusia. Para sahabat dan orang-orang mukmin sangat meyakini bahwa Allah tidak akan melarang sesuatu, kalau tidak ada mudharat di dalamnya. "Sesungguhnya Allah tidak pernah menzalimi manusia, manusia juga yang menzalimi dirinya sendiri."
Selanjutnya, bagaimana kepatuhan kita terhadap aturan-aturan Allah dan RasulNya???Masih banyak perintah yang tidak segera kita ikuti dan justru larangan yang kerap kita jadikan hobi. Tidak terbayangkan kemarahan Rasulullah saw jika melihat langsung tingkat kepatuhan yang sangat rendah dari diri kita ini. Mari kita lakukan perbaikan, mumpung Allah masih berikan kesempatan.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar