Pernahkah kita melihat orang yang
menyalakan api selama tiga hari kemudian melemparkan anaknya ke dalam api
tersebut? Pasti kita tidak akan menemukannya.
Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu
menceritakan bahwa ada seseorang yang datang kepada Rasulullah shallallahu ‘alaihi
wasallam dengan membawa bayinya. Orang itu mendekapnya dengan erat. Demi
melihatnya demikian, beliau bertanya, “Apakah engkau menyayanginya?” “Tentu.”
Jawabnya singkat. Lalu Rasulullah shallallahu ‘alaihi
wasallam bersabda:
فَاللَّهُ أَرحَمُ بِك، مِنكَ بِه وهُو أرحَم الرَّاحمين
“Allah lebih menyayangimu daripada
kasih sayangmu terhadap anak itu.” (HR. Bukhari dalam Al-Adabul Mufrad)
Kalu begitu, Allah berarti lebih tidak
tega untuk melemparkan kita ke dalam api neraka.
Lantas, bagaimana sikap kita di
saat Allah menyayangi kita?
Sebelum menjawab pertanyaan
penting ini, kita perlu mengetahui bagaimana cara mendapatkan kasih sayang
Allah terlebih dahulu. Mendapatkan kasih sayang Allah itu mudah. Karena rahmat
dan kasih sayang Allah itu meliputi segalanya, sedangkan murkaNya tidaklah
demikian. Allah sendiri yang menyatakan hal ini di dalam Al-Qur'an. Ini sesuai
dengan sifat Allah Sang Pengasih. Kalau bukan karena sifat ini, mungkin kita
sudah binasa dan termasuk orang yang merugi.
Sebesar apapun kasih sayang orang
di sekitar kita, maka kasih sayang Allah lebih daripada itu semua. Bagaimana
tidak? Allahlah yang mengutus orang-orang yang manyayangi itu kepada kita. Kalaupun
kita mengumpulkan seluruh kasih sayang yang pernah kita terima hingga saat ini,
maka kasih sayang Allah jauh lebih banyak dan lebih luas. Tidak mungkin ada
yang mampu menandingi rahmat Allah, bahkan tidak akan ada seorang pun yang
mampu mendefinisikan meski sebagian kecil dari rahmat yang Allah sebarkan di
penjuru kerajaanNya.
Karenanya, Allah menjunjung
tinggi perkara kasih sayangNya di hadapan makhluk. Rasulullah shallallahu
'alaihi wasallam menceritakan bahwa ketika selesai menetapkan takdir makhlukNya,
Allah menulis kalimat dan diletakkan di sisiNya di atas Arsy yang berbunyi: "Sesungguhnya
kasih sayangKu mengalahkan murkaKu." Ya, Allah meletakkan kalimat ini
di sisiNya pada saat bisa saja Allah meletakkannya di tempat lain di alam ini,
sebagai bentuk penghargaan terhadap sifat "kasih sayang".
Tidak ada alasan bagi Anda untuk
putus asa dari kasih sayang Allah. Dzat yang kasih sayangNya meliputi segala
sesuatu, termasuk kita. Bahkan meliputi orang yang lebih jahat daripada Anda,
orang yang telah membunuh 99 orang dan menggenapkan 100 dengan membunuh si
pendeta. Sementara kita belum pernah membunuh orang, maka pasti Allah akan
mengasihi kita.
Dunia ini dari awal hingga akhir
penuh dengan rahmat Allah, bagai lautan yang dipenuhi air atau angkasa yang
penuh dengan udara. Bayangkan sejauh dan seluas apapun tentang rahmat Allah, maka
realitanya Allah lebih dari apa yang kita bayangkan.
Nah, bagaimana kita bisa sampai
pada kasih sayang Allah ini?
Tidak ada jarak antara kita dan
rahmat Allah kecuali permohonan. Ya, kita tinggal memintanya kepada Allah dan
Allah akan memberinya karena hanya Allah yang memilikinya. Allah berfirman:
مَا يَفْتَحِ اللَّهُ لِلنَّاسِ مِنْ رَحْمَةٍ فَلَا مُمْسِكَ لَهَا وَمَا
يُمْسِكْ فَلَا مُرْسِلَ لَهُ مِنْ بَعْدِهِ وَهُوَ الْعَزِيزُ الْحَكِيمُ
"Apa saja yang Allah
anugerahkan kepada manusia berupa rahmat, maka tidak ada seorangpun yang dapat menahannya;
dan apa saja yang ditahan oleh Allah, maka tidak seorangpun yang sanggup
melepaskannya sesudah itu. Dan Dialah Yang Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana." (QS. Fathir: 2)
Saking dekatnya rahmat Allah
kepada kita, kita hanya perlu berbaik sangka tentang apa yang kita inginkan
dari Allah, maka Allah akan melakukan apa yang kita sangkakan. Kita menyangka
Allah menyayangi kita, maka Allah akan menyayangi kita, kita menyangka Allah akan
menyelamatkan kita dari siksa api neraka, maka Allah akan melakukan hal itu.
Demikian pula jika kita menyangka bahwa Allah akan memasukkan kita ke dalam
surga Firdaus. Perkara ini sangat mudah bagi Allah. Ya, Allah sendiri yang
menyampaikan hal ini kepada kita. Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam
meriwayatkan hadits qudsi bahwa Allah berfirman:
أَنَا عِنْدَ ظَنِّ عَبْدِي بِي، فَلْيَظُنَّ بِي مَا شَاءَ
"Aku ada pada persangkaan
hambaKu terhadapKu, maka silakan ia menyangka apa yang ia kehendaki
terhadapKu." (HR. Ahmad, shahih)
Yang perlu dicatat, dia tidak
boleh ragu. Harus ada keyakinan kuat bahwa Allah akan mengabulkannya.
Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam bersabda:
ادْعُوا اللَّهَ وَأَنْتُمْ مُوقِنُونَ بِالإِجَابَةِ
"Berdoalah
kepada Allah dengan keadaan yakin akan terkabul." (HR. Tirmidzi, hasan)
Jika kita melakukan hal ini, maka
Allah akan memberi lebih banyak daripada apa yang kita harapkan. Namun dengan
syarat, apa yang kita inginkan adalah "HARAPAN" bukan
"ANGAN-ANGAN". Harapan itu pasti disertai langkah nyata, kita
menginginkan rahmat Allah, maka kita menaati perintahNya. Sedangkan angan-angan
hanya berupa khayalan belaka tanpa amal nyata.
Kita merasakan rahmat Allah ini
hadir menghampiri kehidupan kita merupakan rahmat tersendiri dari Allah. Ini di
dunia, adapun di akhirat tentu kita memiliki harapan besar dapat menyaksikan
kasih sayang Allah yang belum pernah kita lihat di dunia; ampunan Allah, maaf,
belas kasih, dan bentuk rahmat besar yang lainnya. Demikianlah, harapan besar
ini harus disertai amalan nyata, dan ini yang dipersyaratkan oleh Allah sebagaimana
firmanNya:
وَإِنِّي لَغَفَّارٌ لِمَنْ تَابَ وَآمَنَ وَعَمِلَ صَالِحًا ثُمَّ اهْتَدَى
"Dan sesungguhnya Aku Maha
Pengampun bagi orang yang bertaubat, beriman, beramal saleh, kemudian tetap di
jalan yang benar." (QS. Thaha: 82)
Penuhi syaratnya dan bergembiralah
dengan janji kasih dari Allah. Jika dengan luasnya rahmat Allah ini, namun
masih ada orang yang mempertahankan diri dalam kemaksiatannya dan tidak mau
masuk ke dalam rahmatNya sehingga tidak mendapat bagian dari kasih sayangnya,
maka memang ia tidak berhak dikasihi karena berarti sudah sangat keterlaluan.
Bagaimana kita mendekat kepada
rahmat Allah?
Jika kita telah sampai pada
tataran mengasihi sesama, maka kasih sayang Allah sudah dekat, bahkan sangat
dekat. Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam bersabda:
الرَّاحِمُونَ يَرْحَمُهُمُ الرَّحْمَنُ، ارْحَمُوا مَنْ فِي الأَرْضِ
يَرْحَمْكُمْ مَنْ فِي السَّمَاءِ
"Orang yang menyayangi sesama
akan disayangi oleh Allah Dzat yang Maha Pengasih, kasihilah mereka yang ada di
bumi, niscaya akan dikasihi oleh mereka yang ada di langit." (HR. Tirmidzi, shahih)
Rasulullah shallallahu 'alaihi
wasallam juga bersabda:
مَنْ لَا يَرْحَمْ لَا يُرْحَمْ
"Barang siapa tidak mengasihi,
maka ia tidak akan dikasihi." (HR. Bukhari dan Muslim)
Demikianlah kasih dan sayang
Allah, semoga kita dapat berkumpul di bawah rahmat Allah Subhanahu wata'ala.
Kita sebarkan seluas mungkin kasih sayang di dunia ini untuk bersama menggapai
kasih dan sayang Allah di surga bersama para Nabi, shiddiqin, syuhada, dan
orang-orang saleh. Amin.
Artikel ini ditulis untuk www.markazinayah.com
Artikel ini ditulis untuk www.markazinayah.com
Tidak ada komentar:
Posting Komentar