Minggu, 20 Juni 2010

Mendidik dengan contoh

Banyak metode pembelajaran yang muncul pada akhir-akhir ini. Hampir semuanya bermuara pada obyek pendidikan yaitu murid. Bahkan seringkali kita lupa akan diri kita karena terlalu asyiknya pembahasan anak didik dan solusi problematikanya.


Sekolahan/pesantren bukanlah sebuah panggung pentas tempat seorang anak bersandiwara, memainkan peran karakter milik orang lain dan setelah selesai ia kembali pada watak asalnya. Pelatihnya, jangankan memiliki karakter itu bahkan ia pun tidak ikut tampil di pentas itu. Ia hanya menonton dan puas ketika muridnya diberi tepuk tangan.

Pendidikan tidaklah demikian, sebuah proses pengejawantahan diri kemudian orang lain menuju perbaikan terus menerus dalam alam nyata dan kehidupan sebenarnya. Pelajaran, budi pekerti, nilai dan norma tidak hanya konsumsi murid, tapi sebelum mereka semua guru lebih dahulu. Inilah guru yang menurut falsafah Jawa berarti digugu lan ditiru. Ya, contoh yang baik adalah metode yang terbaik dalam pendidikan.

Rasulullah saw adalah orang pertama yang melakukan ketika beliau memerintah dan orang pertama yang meninggalkan ketika melarang. Tidak heran jika kita saksikan kepatuhan para sahabat hadir tanpa sebuah paksaan.

“Apakah kalian memerintahkan manusia dengan kebaikan sedangkan kalian melupakan diri-diri kalian, padahal kalian membaca al-Kitab. Tidakkah kalian berfikir?.” (QS. Al Baqarah : 44).

Tidak ada komentar:

Posting Komentar